KEGIATAN KAMI

Obat Tradisional di Museum

Seperti di banyak daerah terpencil dan miskin lain di dunia, obat tradisional masih sangat banyak di gunakan di Pulau Nias . Visi Yayasan Pusaka Nias dan salah satu upaya yang dilakukan terus – menerus adalah Pengenalan Tumbuhan berkhasiat obat, sebuah kearifan lokal yang sangat melekat dalam kehidupan masyarakat Nias.
Museum Pusaka Nias memprakarsai penyelenggaraan diskusi dan lokakarya antar para dukun (praktisi obat tradisional Nias) bertalian dengan “Pemanfaatan dan Pengelolaan Tanaman Obat Tradisional Nias.”

obat_tradisional_museum_pusaka_nias_2

Museum Pusaka Nias menanam, memproduksi dan menjual obat tradisional.

Pengetahuan dan kearifan tersebut semakin hari semakin langka yang mengetahuinya, Museum bertujuan untuk menghimpun, mendokumentasikan dan mensosialisasikan berbagai kearifan para leluhur Nias dalam menggunakan alam untuk mempertahankan hidup. Berbagai flora dan fauna, air dan berbagai jenis bebatuan yang terdapat di bumi Nias, digunakan dengan arif untuk penyembuhan berbagai penyakit dan peningkatan kesehatan.
Kenyataan yang menjadi bahan pertimbangan menggunakan obat tradisional Nias adalah:

  • Kebanyakan masyarakat Nias tinggal di pedesaan yang tidak terjangkau oleh kendaraan, sementara rumah sakit (puskesmas dan balai pengobatan) tidak ada.
  • Harga obat sangat mahal sehingga tidak terjangkau karena melampauhi kesanggupan masyarakat desa.
  • Pelayanan para praktisi obat tradisional (dukun) lebih dekat dan menyentuh jiwa pasien di pedesaan.
  • Di atas alam Nias hidup berbagai flora dan fauna liar yang dapat dimanfaatkan sebagai obat atau makanan kesehatan.

Karena itu, informasi yang sangat sederhana ini diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat dan dapat menolong para penderita yang masih mempercayai alam sebagai sumber obat-obatan serta makanan untuk mempertahankan hidup secara alamiah.

publikasi_8_buku-obat-tradisional-niasUpaya pelestarian ini terus dikembangkan sehingga pada 26 - 29 Januari 2004 kembali diadakan Semiloka bekerjasma dengan PT. Martina Bertho Jakarta yang setelahnya 3 ( tiga ) orang peserta semiloka atas nama Hatima Farasi, Lusia Sutrisni Telaumbanua dan Yuniman Gea mengikuti ‘Praktek Kerja Budidaya Organik Tanaman Obat & Pengelolaan Pasca Panen’ di Jakarta pada 15 Maret s/d 3 April 2004.

Berturut-turut pada 7 Desember 2000, 08 - 10 Oktober 2012, diadakan Semiloka (Seminar & Lokakarya) di Museum Pusaka Nias yang diikuti oleh para Penghayat Tanaman Obat dari berbagai penjuru Nias. Dan berkat kerjasama dengan The Japan Foundation. Hasil dari semiloka tersebut diatas disusun dalam sebuah buku ‘Obat Tradisional Nias, Manfaat & Tekhnik Penggunaannya’ (cetakan pertama). Sedangkan cetakan kedua didanai oleh Mandala Foundation Singapore pada tahun 2010.

obat_tradisional_museum_pusaka_nias_3

Staf Museum dengan peserta lokakarya obat tradisional.

Masih seputar kearifan lokal, pada 23 - 24 April 2014 kembali diadakan lokakarya yang mengangkat tema “Memberikan Pertolongan Secara Tradisional & Medis bagi Ibu dan Anak pada Masa Pra Kelahiran, Saat Melahirkan dan Pasca Melahirkan" dengan mendatangkan peserta yang terdiri dari ibu-ibu rumah tangga, ibu-Ibu kader kesehatan, perawat, biarawati. Sebagai nara sumber yakni Dokter Fatolosa P. Panjaitan, SpOG., Ibu Nur Insani Saota (Pengelola Klinik Linez), dukun bayi 2 orang atas nama Ibu Natima Laia alias Ina Metina Laia (Lahusa) dan Ibu Ameria Mendrofa alias Ina Gadadi (Hiliduho), serta dari LPKI (Lembaga Penyuluhan Kanker Indonesia). Lokakarya ini terselenggara atas kerjasama dengan Gesellschaft für direkte Hilfe in Asien (www.nias-ev.de)

Aktifitas Museum Pusaka Nias dalam bidang Flora adalah mengembangkan beberapa tanaman berkhasiat obat, baik dalam bentuk tumbuhan segar seperti daun kelor (bulu muru), kecombrang (silimo), beluntas, kembang sepatu (söma-söma), pacing (hendrifo), daun wungu (nazalöu), tapak liman (suku bumi), tapak dara, mengkudu, kecubung (sikaso), sari wangi (sarelahia göröbao), sereh (sare lahia), dringo (sarango), bengle (under boli), brotowali, lempuyang, binahong, delima, daun sukun (bulu suku), ketepeng cina (zösa ), andong (endruo), beberapa simplisia kering berupa daun kejibeling, herba sambiloto (kanina), buah mahkotadewa, daun kelingkit Taiwan yang lebih dikenal dengan sebutan daun Mutiara, maupun dalam bentuk instant seperti temulawak instant (undre gaza), kunyit instant (undre manu), jahe instant (lahia).

obat_tradisional_museum_pusaka_nias_4

Tanaman herbal di museum digunakan untuk membuat obat tradisional dan juga untuk pendidikan.

obat_tradisional_museum_pusaka_nias_5Tidak berhenti sampai disini, hampir setiap tahun Museum Pusaka Nias juga mengadakan Pendidikan Budaya dengan target para siswa SD, SMP, SMA (dan yang setara) juga para mahasiswa.

Dengan mengumpulkan dan berbagi informasi tentang obat tradisional di Nias, Museum berharap bahwa aspek unik dari budaya kita terus berkembang .


Museum juga memproduksi obat tradisional dan produk kesehatan. Ini dijual di toko kafé dan museum:


museum_nias_obat_tradisional_1_temulawak_instanTemulawak Instan
Khasiatnya: Mengurangi keluhan lever, maag, kolesterol, ginjal, asma, menambah nafsu makan, mengurangi bau badan, batuk.
Komposisi: rimpang temulawak, gula pasir, daun wungu, adas, pulosari

 


museum_nias_obat_tradisional_2_kunyit_instanKunyit Instan
Khasiatnya: Mengurang keluhan darah tinggi, maag, keputihan, pelangsing, memperlancar buang air kecil, kolesterol tinggi
Komposisi: rimpang kunyit, gula pasir, akar alang-alang, adas, pulosari, umbi daun dewa dan daun jati belanda.

 


museum_nias_obat_tradisional_3_jahe_instanJahe Instan
Khasiatnya: Mengurangi keluhan asma, amandel, TBC, Sinusitis, masuk angina, keropos tulang dan untuk stamina.
Komposisi: grimpang jahe, gula pasir, kayu manis, adas, pulosari, cengkeh, kapulaga dan sereh.

 


Daun Kejibeling
Khasiatnya: Mengurangi keluhan kencing kurang lancar, batu kandung kencing, batu ginjal, batu empedu.
Komposisi: daun kejibeling.

 


museum_nias_obat_tradisional_4_herba_sambilotoHerba Sambiloto
Khasiatnya: Mengobat tipus, radang usus, buntu, diabetes, prostat, disentri, radang paru-paru, hipertensi, batuk.
Komposisi: herba sambiloto

 


museum_nias_obat_tradisional_5_racikan_mahkota_dewaRacikan Mahkota Dewa
Khasiatnya: Mengobati diabetes, darah tinggi, sakit kuning, jantung, ginjal, rematik, asam urat, stroke, migrain, sirosis, wasit, maag dan beberapa penyakit pada hewan piaraan.
Komposisi: Simplisia kering buah mahkota dewa.

 


museum_nias_obat_tradisional_6_daun_mutiaraDaun Mutiara
Khasiatnya: Untuk insomnia, rematik, hepatitis akut & kronis.
Komposisi: daun mutiara murni

 


museum_nias_obat_tradisional_7_minyak_kelapaVirgin Coconut Oil (VCO) - Ono Niha Oil; Minyak Kelapa Murni
Khasiatnya: Mengatasi gangguan kelenjar diabetes, tekanan darah tinggi, kanker, gangguan perut, jantung, tulang keropo, prostat.


Tersedia! Herbal lain dalam bentuk segar; Daun Kelor, Daun Gandarusa, Daun Sambung Nyawa, Daun Jati Belanda, Kemuning, dll. di Museum Pusaka Nias.


Tanaman herbal

museum_nias_tanaman_1_bowo_silimo

KECOMBRANG / Silimo (Etlingera elatior). Mengobati penyakit campak, meningkatkan energi, menghilangkan bau badn, mengobai anemia, melancarkan sirkulasi darah, mengatasi luka baru, menguatkan tulang.

museum_nias_tanaman_2_lagaene

CAKAR AYAM / Lagaene (Selaginella doederleinii Hieron). Mengobati infeksi saluran nafas, bronchitis, radang paru, tonsillitis, batuk serak dan koreng, tulang patah, rematik.

museum_nias_tanaman_4_mahkota_dewa

MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarpa). Pengobatan disentri, psoriasis, mengobati gatal-gatal, menurunkan gula darah, meningkatkan system imun, meningkatkan sistem metabolisme, mengobati flu dan batuk

museum_nias_tanaman_6_bangun

DAUN BANGUN-BANGUN (Coleus amboinicus Lour). Mengobati batu ginjal, malaria, asma kronik, mengatasi cacingan, cekukan, bronchitis

museum_nias_tanaman_7_teratai

TERATAI (Nymphaea). Mengobati disentri, demam, hipertensi/darah tinggi, muntah darah, mimisan, batuk darah, sakit kepala, insomnia/susah tidur.

museum_nias_tanaman_9_berua

MANGGIS HUTAN / Berua (Garcinia bancana). Mengurangi resiko penyakit persendian, menghambat pertumbuhan bakteri, mengobati infeksi kulit.

museum_nias_tanaman_sibale-bale-angi

SAMBANG DARAH / Sibale-bale angi. (Excoecaria cochinchinensis) Mengobati disentri, muntah darah, batuk darah, psoriasis, luka berdarah, perdarahan setelan bersalin dan keguguran

museum_nias_tanaman_mbangu-mbangu

BANDOTAN / Mbangu-mbangu (Ageratum conyzoides). Pengobatan demam, malaria, sakit tenggorok, radang paru, radang telinga tengah, perdarahan seperti luka berdarah dan mimisan, disentri, keseleo.

museum_nias_tanaman_howa-langi

TEMPUYUNG / Howa langi (Sonchus arvensis). Pengobatan batu saluran kencing, batu empedu, disentri, wasir, rematik gout, radang usus buntu, darah tinggi,memar, bisul dan luka bakar

museum_nias_tanaman_ekor_kucing

EKOR KUCING / So’I’o mao (Acalypha hispida Burm). Pengobatan disentri, radang usus, perdarahan seperti berak darah dan muntah darah, mimisan, cacingan, luka bakar.

museum_nias_tanaman_daun-mutiara

DAUN MUTIARA (Oldenlandia). Menyembuhkan tonsillitis, faringitis, bronkitis, gondongan, radang usus buntu dan juga untuk menyembuhkan penyakit luar seperti bisul, uci-uci dan luka terinfeksi

museum_nias_tanaman_bulu-sakhozi

COCOR BEBEK / Bulu Sakhozi (Bryophyllum pinnatum). Mengobati nyeri lambung, sakit gigi, kesleo, wasir, amandel, muntah darah, obat kompres demam, obat herbal penyakit asma.

museum_nias_tanaman_buah-makasar

BUAH MAKASAR (Brucea javanica). Pengobatan malaria, disentri, wasir, cacingan, kutil

museum_nias_tanaman_brotowali

BROTOWALI / Wewetoli (Tinospora cordifolia). Pengobatan alami untuk menambah nafsu makan, obat hepatitis, obat malaria, obat gatal-gatal, penyembuhan penyakit kulit.

museum_nias_tanaman_binahong

BINAHONG (Anredera cordifolia). Pengobatan kencing manis, sesak nafas, penyakit paru-paru, memepercepat penyembuhan luka, mengurangi arthritis, mengobati gatal-gatal, wasir

museum_nias_tanaman_8_daun_kelor

DAUN KELOR / Bulu Muru (Moringa oleifera). Mengobati sakit kuning, reumatik, sakit mata, sukar buang air kecil, cacingan, biduran/alergi.

© Yayasan Pusaka Nias 2017. Designed & Edited by Björn Svensson & Shanti Fowler